B |
apak Ibu yang dimuliakan
Allah, tidak terasa kita berada dipenghujung tahun 1433 H artinya sebentar lagi
akan kita meninggalkannya dan kita songsong datangnya tahun baru 1434 H dengan penuh harapan,
dengan bergantinya tahun tentunya ada yang bertambah ada pula yang berkurang,
apa yang bertambah ? (umur), dan yang
apa berkurang ? (jatah hidup kita juga ikut berkurang setahun). Menyadari hal
yang demikian ini maka
saat saat seperti ini merupakan moment yang tepat bagi kita untuk mengadakan introspeksi atau mawas diri atas amal ibadah kita setahun terakhir ini, apa saja yang telah kita perbuat ?. Ada dua hal penting yang perlu kita perhatikan yaitu :
saat saat seperti ini merupakan moment yang tepat bagi kita untuk mengadakan introspeksi atau mawas diri atas amal ibadah kita setahun terakhir ini, apa saja yang telah kita perbuat ?. Ada dua hal penting yang perlu kita perhatikan yaitu :
Yang pertama, seberapa banyak kebaikan yang telah kita perbuat,
seberapa banyak manfaat diri kita bagi
orang lain dan bagaimana upaya kita selanjutnya untuk meningkatkannya menjadi
lebih baik dan lebih baik,
Yang kedua, seberapa banyak dosa dan kemaksiatan yang telah kita
perbuat, seberapa sering kita berbuat menyakiti hati dan merugikan orang lain
serta bagaimana cara kita selanjutnya untuk mencari solusi mengurangi perbuatan
perbuatan buruk tersebut.
Kalau sekiranya ketika mawas
diri, masih kita dapati misalkan sifat tamak atau serakah yang merupakan indikasi
penyakit hati, maka diawal tahun 1434 H mari
kita jadikan tahun khusus untuk mengobati dan menyembuhkan penyakit hati
ini.
Bapak Ibu yang dirahmati Allah apa yang dimaksud tamak itu ? tamak itu
adalah akhlak yang tercela yaitu sifat serakah, sifat rakus, ingin memiliki
melebihi dari apa yang dibutuhkan tanpa menghiraukan orang lain. Sifat tamak
itu dianalogikan dengan babi, babi itu binatang paling serakah didunia, tidak
peduli dengan temannya, apa saja yang ada didepannya pasti dimakannya, kalau tidak ada makanan tanah pun dimakan
bahkan kotorannya sendiri kalau terperlu dilahapnya juga.Orang yang memiliki sifat tamak akan
sangat mudah tergelincir pada perbuatan dosa. Salah satu contoh dalam mencari nafkah/ rejeki misalkan,
orang yang tamak lebih suka mengambil jalan pintas yaitu dengan berbuat
korupsi, ingin memperkaya diri sendiri dalam tempo yang cepat seperti yang
dilakukan para koruptor. Orang tamak itu
dalam mencari harta tidak pernah memikirkan orang lain, yang penting baginya
bagaimana dia mendapatkan harta itu sebanyak banyaknya entah itu dengan cara
yang halal atau dengan cara yang haram. Dia tidak pernah memikirkan akibat
negatifnya yang bisa merusak segala sendi kehidupan terutama ekonomi bangsa.
Oleh sebab itu sifat tamak itu harus kita kendalikan, penyakit ini
harus kita obati, kalau tidak akan merusak amal ibadah kita, karena apa ?
karena sifat orang yang tamak itu kurang ....terus, tidak pernah ada puasnya
dengan harta yang sudah diperolehnya, itulah sebabnya Rasulullah menggambarkan
betapa tercelanya sifat tamak itu dengan sabdanya : “ Seandainya anak keturunan Adam memiliki dua lembah harta niscaya dia
masih akan mencari yang ketiga. Dan tidak akan pernah menyumbat rongga anak
Adam selain tanah,”
Bapak Ibu yang dirahmati
Allah, kalau boleh orang bertanya kira kira kita ini termasuk orang yang tamak
atau bukan ya ?, Terus bagaimana cara mengobati supaya kita tidak tamak ? Kalau
kita belajar dari riwayat kehidupan para ulama shalaf, kita dapati orang orang
sholeh terdahulu dalam menjalani hidup ini lebih suka hidup ” pas pasan”. Bahkan orang awam
melihatnya mereka sepertinya hidup dalam kemiskinan, padahal tidak demikian.
Pertanyaannya mengapa mereka memilih hidup dengan cara begitu ?
Karena orang orang
sholeh itu ingin selamat dunya wal akhirah, mereka mengkondisikan hatinya untuk tidak mencintai
harta benda. Sebab bagi mereka harta benda itu dianggap dapat melalaikan dalam
mengingat Allah, harta benda merupakan
sumber fitnah dunia sekaligus merupakan ujian yang besar bagi pemilikinya.
Karena itu orang sholeh dulu tidak suka mengikat hatinya untuk memiliki harta
yang berlebihan, mereka tidak suka hidup mewah,
mereka sekedar mengambil harta untuk kepentingan beribadah. Allah
berfirman dalam QS Al Munafiqun : 9 : “ Sesungguhnya hartamu dan anak anakmu
hanyalah fitnah/ ujian bagimu dan disisi Allah pahala yang besar.”
Mereka benar benar takut kalau
hatinya dicemari sifat rakus terhadap harta dunia. Mereka tidak mau rusak
ibadahnya. Mereka berusaha hidup secara qona’ah menerima apa adanya, merasa cukup atas pemberian Allah kepadanya. Makanan,
pakaian dan tempat tinggal sekedar cukup dan memenuhi syarat untuk hidup, tidak berlebih lebihan. Dalam sebuah hadits
Qudsi Rasulullah bersabda : “ Tidak ada
bagimu dari hartamu itu kecuali apa yang engkau makan,lalu rusak. Apa yang
engkau pakai kemudian usang, atau apa yang engkau sedekahkan kemudian kau
kekalkan.”
Menurut ulama shalaf : “ yang dinamakan orang kaya itu adalah orang
yang sedikit kebutuhannya, sedang orang
miskin itu orang yang banyak kebutuhannya, yang dimaksud kaya itu bakan kaya
harta melainkan kaya hati/jiwa “. Mereka menyimpulkan,
harta yang berlebih itu mengandung banyak kemudharatan dari pada manfaatnya.
Itulah sebabnya Orang orang sholeh dulu sering
mengingatkan dengan nasehatnya : “
Jangan jadikan harta itu sebagai tujuan utama dalam hidupmu “. Karena menurut
para shalaf harta itu ada dua
macam,
~ Ada yang menyelamatkan ( yang dicari dengan
cara halal ) ;
~ Ada yang
mencelakakan ( yang dicari dengan cara yang haram )
Barang siapa mendapatkannya dengan cara yang halal, lalu dimanfaatkan untuk
kebaikan, misalnya menafkahi keluarga, sebagian disisihkan untuk fi sabililah,
maka harta itu akan menjadi sangat bermanfaat. Kelak akan menjadi penolong
diakherat.
Sedangkan harta yang mencelakakan adalah yang dicari dengan cara cara yang
haram. Orang yang mencari harta dengan cara yang haram maka hatinya akan
menjadi rakus. Ia tak akan puas dengan apa yang telah didapatkannya. Justru ia
semakin kikir, bagaikan orang yang makan tetapi tidak pernah merasa kenyang.
Kelak harta yang ia dapatkan akan mencelakakan ketika diakherat.
Adapun harta yang diperoleh dari
cara yang haram mengandung tiga
keburukan :
1. Mendorong seseorang berbuat maksiat,
2. Mendorong seseorang bersenang
senang dalam mubah.
3. Dibikin sibuk sehingga dapat melalaikanAllah.
Bapak Ibu yang dirahmati
Allah, mudah mudahan ditahun baru ini ketakwaan dan keimanan kita semakin
bertambah, kita semakin giat beramal
sholeh hidup dengan cara qona’ah dan meninggalkan sifat tamak yang
mencelakakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar