Minggu, 20 Januari 2013

MENGENAL KRATON YOGYAKARTA


Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat atau lebih dikenal dengan sebutan kraton Yogya terletak ditengah  kota Yogyakarta. Untuk wisatawan yang ingin berkunjung ke Kraton Yogya sangatlah mudah karena sarana transportasi umum maupun charteran tersedia dimana saja dikota yang terkenal dengan makanan khasnya,  gudek Yogya. Tatkala kita dalam perjalanan mengunjungi Kraton Yogya dari sebelah utara, ada beberapa hal yang cukup menarik untuk kita perhatikan.

Yang pertama kita akan melihat sebuah tugu ditengah jalan. Tugu ini merupakan batas wilayah kraton yang paling utara. Bangunan tugu tersebut pada jaman dulu berbentuk golong gilik, golong artinya berbentuk bulat pada bagian atas dan gilik artinya berbentuk pilar yang meruncing keatas. Golong gilik bagi masyarakat Yogyakarta mempunyai makna yang dalam yaitu manunggaling kawulo gusti, manunggalnya raja dengan rakyatnya sekaligus manunggalnya manusia dengan Tuhannya.

Ketika terjadi gempa bumi tahun 1867, bangunan tugu tersebut mengalami kerusakan cukup berat, beberapa tahum kemudian (Tahun 1890) dipugar oleh HB VII tapi bentuknya dirubah seperti yang kita lihat sekarang ini. Letak bangunan tugu ini berada dalam satu garis lurus atau simetris dengan Bangsal Manguntur Tangkil (tempat singgasana raja). Maknanya ketika Sri Sultan duduk disinggasanannya, Beliau bisa melihat tugu dengan demikian Beliau akan selalu mengingat rakyatnya (Manunggaling kawulo gusti).

Yang kedua sebelum kita sampai di kraton yogya kita akan melewati  jalan yang menjadi ikon wisata di Yogyakarta yaitu Jl. Malioboro. Dari mana asal mula nama Malioboro, banyak versi, ada yang mengatakan berasal dari kata Malbourgh yaitu nama seorang Jendral Inggris. Ketika Raffles berkuasa di Yogyakarta, nama tersebut kemudian diabadikan menjadi nama jalan   ditengah kota yogyakarta. Namun pendapat lain mengatakan, nama Malioboro berkaitan dengan cita citanya Sultan HB I yang melihat jalan tersebut sebagai pangejawentahan jalan hidupnya, yaitu Mulyane soko beboro (Mulyoboro), yang kemudian terjadi perubahan pengucapan menjadi Maliyabara atau Malioboro. Yang berarti kemuliaan hidup itu hanya bisa dicapai dengan jalan laku prihatin.

Disebelah timur Malioboro terdapat gedung  gedung  bersejarah diantaranya gedung Kepatihan yang pada masa lalu berfungsi sebagai kantor Pepatih Dalem, dalam perkembangan selanjutnya bangunan tersebut kemudian digunakan sebagai kantor Gubernur DIY Yogyakarta. Dari gerbang kepatihan kearah selatan sekitar 250 meter terdapat Pasar Beringharjo yang merupakan pasar induk terbesar di Yogyakarta. Disebelah selatan pasar Beringharjo terdapat bangunan Benteng Vredeburg. Pada masa pemerintahan Belanda benteng ini digunakan sebagai tempat perlindungan bagi para Residen yang bertugas di Yogyakarta. Kantor Residen terletak disebelah barat Benteng Vredeburg yang sekarang bernama Gedung Agung dan difungsikan sebagai Istana Kepresidenan. Kearah selatan sekitar 200 meter terdapat bangunan Gapura Pengurakan yang merupakan pintu gerbang menuju kraton.

Kraton Yogyakarta ini menghadap ke utara dengan halaman berupa lapangan yang disebut alun alun lor yang pada jaman dahulu dipergunakan sebagai tempat untuk mengumpulkan rakyat, latihan perang bagi prajurit dan tempat  menyelenggarakan upacara adat serta untuk keperluan lain.

Pada masa sekarang fungsi alun alun lor hanya digunakan untuk upacara Garebeg dan perayaan Sekatenan. Dibagian tengah alun alun lor terdapat dua buah pohon beringin yang dikelilingi tembok yang disebut dengan Waringin Kurung. Dua pohon yang terletak bersebelahan itu masing masing bernama Kyai Dewandaru (sebelah barat) bibitnya diambil dari Mojopahit dan Kyai Wijayandaru  (sebelah timur) bibitnya diambil dari Pajajaran.  Kedua beringin itu sebagai symbol bahwa didunia ini  terdapat dua sifat yang berbeda yang saling bertentangan. Sedangkan pohon beringin yang mengelilingi alun alun lor ini jumlahnya 61 buah ditambah 2 pohon yang berada ditengah tengah sehingga jumlahnya menjai 63 pohon beringin. Jumlah ini maknanya menunjukkan usia Nabi Muhammad ketika Beliau wafat .

Pusat wilayah kraton Yogyakarta luasnya 14.000 meter persegi dengan dikelilingi tembok (benteng) setinggi 4 meter dan lebar 3,5 meter. Disetiap sudutnya ada tempat penjagaan atau bastion yang fungsinya untuk mengawasi keadaan diluar maupun didalam benteng kraton. Sebelah luar kraton dikelilingi parit yang dalam yang disebut Jagang. Sekarang parit ini telah berubah menjadi pemukiman penduduk.

Untuk menghubungkan antara wilayah dalam dengan wilayah luar benteng kraton ada 5 pintu gerbang yang disebut Plengkung, kelima plengkung itu antara lain :

Plengkung Nirboyo (Gading) disebelah selatan.
Plengkung Joyoboyo (Tamansari) disebelah barat.
Plengkung Jagasura (Ngasem) disebelah barat laut.
Plengkung Tarunasura (Wijilan) disebelah timur laut.
Plengkung Madyasura (Sebelah barat THR) disebelah timur.

Plengkung yang disebut terakhir ini dahulu pernah diruntuhkan pada jaman HB II, ketika terjadi peperangan melawan pasukan Inggris (Geger Spei) sehingga tersumbat dan tidak bisa dilalui, oleh sebab itu plengkung ini lebih dikenal dengan sebutan plengkung buntet. Diantara kelima plengkung itu  hanya dua yang masih utuh yaitu plengkung Nirboyo dan plengkung Tarunosuro (Wijilan).

Selanjutnya disebelah selatan (belakang kraton) juga terdapat alun alun yang lebih kecil yang diberi nama alun alun kidul yang ditengah tengahnya juga terdapat dua pohon beringin yang disebut wok yang juga dikelilingi tembok.

Dari kraton kearah selatan kurang lebih 2 km terdapat bangunan berupa panggung yang disebut panggung Krapyak. Bangunan ini merupakan batas wilayah kraton paling selatan yang dulu dipergunakan oleh Sultan untuk menyaksikan para prajurit kraton berburu rusa atau binatang yang lainnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar