Bapak Ibu yang dimuliakan
Allah, marilah kita panjatakan puji syukur kepada Allah SWT yang tiada henti
hentinya melimpahkan nikmat kepada kita biarpun barang sedetik, apalagi kita
masih dipertemukan dengan bulan mulia, bulan Ramadhan yang didalamnya terkandung banyak kebaikan.
Marilah kita syukuri nikmat nikmat itu
dengan meningkatkan iman dan ketakwaan kita kepada Allah dengan takwa yang sebenar
benarnya takwa, sebagaimana yang saya sampaikan tadi didalam mukodimah yang artinya : “ Wahai orang orang yang beriman,
bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar benarnya takwa dan janganlah
kalian mati melainkan dalam keadaan Islam”. Dengan satu harapan agar kita memperoleh
derajat Al Mahbub minallah, orang yang dicintai Allah.
Bapak Ibu yang dimuliakan
Allah, dalam kitab Mahabbatullah Tangga Menuju Cinta Allah – Wacana Imam Ibnul
Qayyim Al Jauziyah karangan Abdul Azis Musthafa, disebutkan ada sepuluh wacana
yang bisa mengantarkan kita menyandang gelar Al Mahbub minallah, namun pada
kesempatan kali ini saya hanya ingin membahas salah satu saja dari wacana
tersebut. Untuk menjadi orang yang dicintai Allah tentulah tidak mudah karena
semuanya itu membutuhkan proses perjuangan, Ibaratnya kalau kita sedang
berpacaran, orang yang benar benar ingin
dicintai oleh kekasihnya tentu saja harus rela
berkorban, sabar dan ikhlas untuk menarik hati kekasihnya. Kalau ranjau
ranjau cinta telah kita tebarkan dalam bentuk kesabaran, keikhlasan dan
pengorbanan niscaya cinta yang kita dambakan bak gayung bersambut.
Begitu pula dengan upaya kita agar menjadi
orang yang dicintai Allah tidak ada jalan lain kecuali dengan menjadi orang
yang Al Muhibbulillah yaitu orang yang sangat mencintai Allah melebihi cintanya
kepada yang lainnya. Orang yang telah menjadi Al Muhibulillah ini sangatlah teguh prinsipnya didalam
menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah.
Bagaimana ciri ciri perilakunya
orang yang Al Muhibbulillah ? Bapak Ibu yang
dirahmati Allah orang yang muhibbulillah itu dalam menjalankan ibadah
tak ubahnya orang yang lagi mabuk kepayang, lagi majnun jadi tidak ada perasaan lelah
bosan dalam beribadah baik pagi siang malam yang diinginkan hanyalah rindu
dekat dengan sang Kholiq. Tak pernah
menghiraukan apa kata orang karena dia merasa bahagia dekat dengan Tuhannya.
Bagaimana untuk mencapai maqom
yang demikian ini ? untuk menjadi orang yang dicintai Allah kita harus berusaha
untuk terus meningkatkan amal ibadah kita. Dalam sebuah hadits Rasulullah
pernah ditanya oleh seorang Arab dari
Najed tentang amal ibadah apa saja yang mesti dilakukan orangIslam itu.
“ Wahai Rasulullah apa Islam itu ? “ tanya orang Arab tersebut.
Maka dijawab oleh Rasulullah :
“ Sholat lima kali dalam sehari semalam”.
“ Apakah masih ada yang lain ?” tanya orang Arab tersebut.
“ Tidak”, jawab Rasulullah, “kecuali
sholat sunah dan berpuasa Ramadhan”, Rasulullah menambahkan.
“ Apakah aku masih diperintahkan untuk sesuatu yang lain ?” tanya
orang Arab tersebut.
“ Tidak” jawab Rasulullah, “kecuali
puasa sunah dan zakat”, tambah Rasulullah.
“ Apakah aku masih diperintah untuk sesuatu yang lain ?”
“ Tidak, kecuali sedekah yang disunahkan”, jawab Rasulullah.
Sebelum lelaki itu pergi ia
berkata : “Demi Allah aku tidak akan
menambahi dan mengurangi ini”.
Rasulullah bersabda : “ Dia benar benar beruntung sekiranya
menepati janjinya”.
Jadi berdasarkan hadits ini
jelas sudah kewajiban orang Islam itu selain diperintahkan untuk
mengerjakan hal hal yang bersifat
fardhu, yang mana itu merupakan batas minimal kewajiban yang dibebankan Allah kepada kita, kita juga
dianjurkan untuk mengerjakan amalan amalan sunah nafilah.
Barang siapa yang mau
melaksanakan hal hal yang fardhu disebabkan cintanya kepada Allah, maka ia
termasuk orang yang beruntung dan lebih beruntung lagi orang yang mau
mengerjakan hal hal yang fardhu tadi ditambah
dengan mengerjakan sunah sunah nafilah,
orang yang demikian ini bakal menjadi kekasihnya Allah, dia berhak
menyandang derajat Al Mahbub minallah, orang yang dicintai Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar