Rabu, 26 Desember 2012

TANDA TANDA PEMIMPIN YANG AMANAH



Bapak ibu yang dirahmati Allah, marilah pada kesempatan pagi ini kita awali pertemuan kita dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan begitu banyak nikmat yang tidak terhitung jumlahnya semenjak kita lahir hingga dewasa yan g berupa nikmat sehat dan kesempatan lebih lebih nikmat iman dan Islam, oleh sebab itu marilah kita implementasikan rasa  syukur tersebut dengan senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah yaitu dengan menjalankan apa saja yang menjadi perintah Allah dan menjauhi  apa saja yang menjadi larangan Nya, termasuk  meningkatkan  iman dan takwa yang bisa mengantarkan kita pada pemahaman bahwa kalau kita menjadi public figure atau pejabat
hendaklah kita ingat jabatan yang kita pegang itu merupakan amanah dari Allah yang kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Oleh sebab itu diawal khutbah ini saya berwasiat  hendaklah siapa saja yang  sedang menjadi pejabat hendaklah bisa memegang amanah tersebut dengan baik.

Bapak Ibu yang dirahmati Allah, menjadi pemimpin atau public figure adalah sesuatu yang diidam idamkan oleh banyak orang terutama orang yang ambisius, itulah sebabnya lowongan untuk menjadi pemimpin ketika terjadi pilkades, pilkada, pilpres dan lain sebagainya tidak pernah sepi dari perebutan  meskipun itu harus mengeluarkan banyak biaya sebagai ogkos yang pantas untuk sebuah jabatan.

Bapak Ibu yang dirahmati Allah, siapa saja yang menjadi warga negara di negeri ini mempunyai hak yang sama untuk menjadi pemimpin, namun sebelum kita maju untuk menjadi pemimpin hendaklah kita lebih dahulu meluruskan niat kita untuk apa sebenarnya kita ingin mendapat jabatan tersebut. Apakah  tujuan  kita semata mata untuk mengemban amanah dari Allah atau dengan tujuan yang lain. Ini sangat penting karena ini merupakan filter, jangan sampai kita salah dalam menentukan niat.  Seorang calon pemimpin yang telah menetapkan niatnya dengan benar dari awalnya maka selamatlah dia dalam urusan dunia dan akherat sedangkan calon pemimpin yang tidak menetapkan niatnya dengan benar dari awalnya niscaya ketika ia menjadi  pemimpin maka akan tergelincirlah dia dalam kemungkaran dan kemaksiatan.

Rasulullah berkata  : “ Innamal a’malu bi niyyat “. Segala perbuatan itu tergantung  pada niatnya, Berkaitan dengan niat tadi maka akibatnya  ada dua type pemimpin  didunia ini,
1.       Pemimpin yang amanah
2.       Pemimpin yang dzolim

Pemimpin yang  amanah tanda tandanya  antara lain :
1.    Ia senatiasa dicintai rakyatnya, karena ia selalu mementingkan kepentingan  rakyatnya lebih dahulu dari pada kepentingan pribadi atau golongannya. Pemimpin yang demikian ini bukan orang yang mencari untung  dengan ambil kesempatan untuk  memperkaya  diri sendiri dalam waktu yang cepat.  Pemimpin yang demikian ini malah berani menanggung rugi, wani torog.

2.    Seorang pemimpin yang amanah tidak ingin mengekalkan jabatannya, tidak ingin berkuasa selamanya, ia siap setiap saat untuk diganti meskipun dia masih mampu memimpin. Saya punya teman seorang camat di Surabaya ini, saya dengar dia itu camat yang cakap ketika menjelang pensiun MPP dia masih diminta walikota untuk menjabat sekali lagi, tetapi ia menolak dan memilih pensiun saja. Ketika saya ketemu beliau saya tanya : “ Katanya pak wali  masih minta Bapak jadi camat lagi kenapa mesti ditolak”. Apa jawabannya ? katanya : “ Kasihan masih banyak yang  ngantri “.

3.   Seorang pemimpin yang amanah memberikan rasa aman dan nyaman kepada yang dipimpinnya, rakyatnya merasakan hidup dinegeri ini enak murah sandang, murah pangan, bisa memiliki papan sendiri biarpun tidak besar asal tidak ngontrak terus. Lain lagi dengan pemimpin yang dzolim.

Sedangkan  pemimpin yang dzolim tanda tandanya  antara lain :
1.   Ia dibenci oleh rakyatnya,  karena ia pasti lebih mementingkan kepentingan pribadi keluarga dan golongannya tanpa mau peduli keadaan rakyat yang dipimpinnya. Ia membangkitkan budaya hedoisme atas kroninya dengan membiarkan korupsi tumbuh dimana mana. Oleh sebab itu kepada para pemimpin yang dzolim janganlah kalian bersenang senang dulu atas kedudukanmu, kalau tujuanmu menjadi seorang pemimpin semata mata  karena ingin cepat kaya, maka aku ingatkan engkau, kerena ketika engkau mati kelak  harta yang engkau himpun dengan susah payah tidak lah berguna, engkau akan menanggung beban yang berat. Rasulullah mengingatkan kita pada yaumil qisab kelak setiap manusia tidaklah akan beranjak kakinya dari tempatnya ia berdiri, sebelum ia dimasukkan  surga atau neraka melainkan ia akan ditanya dari mana hartamu engkau dapatkan dan bagaimana hartamu engkau habiskan. Kalau engkau dapatkan hartamu dengan cara yang halal niscaya surgalah tempat kembalimu sebaliknya kalau engkau dapatkan dengan cara yang haram neraka itulah yang menjadi pilihanmu. 

2.     Pejabat yang dzolim umumnya berusaha mengekalkan jabatannya, kalau bisa seumur hidup, kalau bisa anak keturunannya saja yang meneruskan jabatannya  “nggak ngliyo” kata orang jawa. Banyak contohnya mungkin kita masih ingat pemilihan ketua umum PSSI yang mati matian ingin bertahan menjadi pemimpin PSSI meskipun rakyat sudah tidak menghendakinya. Menjadi pemimpin harusnya legowo harusnya ing ngarso sun tulodho, menjadi suri tauladan seperti Rasulullah. Jangan sumum bukmum umyun, jangan karena ingin menjabat terus sehingga hatinya buta, bisu tuli. Semua orang tahu menjadi pemimpin itu memang menyenangkan karena hidup penuh dengan segala fasilitas tapi ingatlah jabatan itu hakekatnya amanat yang diberikan oleh rakyat janganlah disalah gunakan.

3.    Karena merasa yang paling berkuasa maka ketika memimpin ia merupakan tiran yang bengis tidak memberikan rasa aman namun sebaliknya menimbulkan rasa takut, ia tidak memiliki belas kasihan, ia tega menindas rakyatnya sendiri, siapa yang membangkang perintahnya maka akan dihilangkan dari muka bumi. Pemimpin yang demikian ini akan digulingkan oleh rakyatnya sendiri,  tunggu saja saat kehancurannya,

Disamping itu Rasulullah mengingatkan kita bahwa menjadi pemimpin itu tanggung jawabnya berat oleh sebab itu selain meluruskan niat pada awalnya ada satu  syarat lagi yang tidak kalah penting yaitu janganlah kita kepingin jadi pemimipin, melainkan kalau kita diminta. Untuk menjadi pemimpin yang baik itu tidak mudah, ada banyak syarat dan ketentuannya selain  jujur,  disiplin, amanah, adil, arif dan bijaksana. Ada syarat khusus atau yang lebih utama dari semua itu yaitu  ‘ harus bisa memimpin diri sendiri’. Jadi jangan coba coba berupaya untuk menjadi pemimpin kalau kita belum bisa memimpin diri kita sendiri, karena dijamin tidak akan sukses.

Pemimpin yang  baik adalah tidak menutup telinga untuk menerima saran atau nasehat orang lain dan tidak alergi terhadap kritik. Salah satu contohnya adalah Umar bin Khatab, beliau ini adalah seorang pemimpin yang tidak alergi terhadap kritik, bahkan ketika Umar bin Khatab dilantik menjadi pemimpin hal yang pertama kali disampaikan  dalam pidatonya adalah supaya dia senantiasa diingatkan ‘dikritik’ apabila berbuat kesalahan disaat memimpin. Terhadap baitul mal (kas negara ) dia sangat hati hati dalam menggunakan, nggak seperti kebanyakan pejabat sekarang menggunakan uang negara seperti uang sendiri. Pernah suatu saat teman beliau menasehati agar beliau meminjam uang baitul mal untuk membeli baju, karena baju yang dikenakan Umar sudah tidak layak pakai, Apa jawab Umar ? Beliau tidak mau, beliau takut iya kalau umurnya masih panjang, kalau besok mati siapa yang membayar utangnya. Terhadap keluarga beliau mengingatkan tidak ada keistimewaan bagi mereka, Umar mengatakan andaikata ada keluarganya yang mencuri niscaya tangan mereka akan dipotongnya. Mudah mudahan Umar bin khatab bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang sedang menjadi pemimpin umat ini untuk menjadi pemimpin yang baik. Allahuma Amin.

Akhirnya sebagai kata penutup, saya mengulang sabda Rasulullah : “ Segala sesuatu itu tergantung pada niatnya “ begitu juga dengan jabatan atau kepemipinan, bisa jadi jabatan yang kita emban itu merupakan jalan termudah bagi kita untuk masuk ke surga kalau niatnya itu demi kebaikan orang yang kita pimpin, namun sebaliknya bisa jadi jabatan itu merupakan jalan termudah bagi kita untuk masuk neraka kalau niatnya untuk memperkaya diri sendiri, keluarga atau golongan tertentu. Semua terserah pilihan  kita. Bagaimana menurut Ibu Bapak ?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar