Bapak ibu yang dirahmati
Allah, marilah pada kesempatan pagi ini kita awali pertemuan kita dengan
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan begitu
banyak nikmat yang tidak terhitung jumlahnya semenjak kita lahir hingga dewasa
yan g berupa nikmat sehat dan kesempatan lebih lebih nikmat iman dan Islam, oleh
sebab itu marilah kita implementasikan rasa syukur tersebut dengan senantiasa meningkatkan
iman dan takwa kita kepada Allah yaitu dengan menjalankan apa saja yang menjadi
perintah Allah dan menjauhi apa saja
yang menjadi larangan Nya, termasuk
meningkatkan iman dan takwa yang
bisa mengantarkan kita pada pemahaman bahwa kalau kita menjadi public figure
atau pejabat
hendaklah kita ingat jabatan yang kita pegang itu merupakan
amanah dari Allah yang kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Oleh sebab
itu diawal khutbah ini saya berwasiat hendaklah siapa saja yang sedang menjadi pejabat hendaklah bisa
memegang amanah tersebut dengan baik.
Bapak Ibu yang dirahmati Allah,
menjadi pemimpin atau public figure adalah sesuatu yang diidam idamkan
oleh banyak orang terutama orang yang ambisius, itulah sebabnya lowongan untuk
menjadi pemimpin ketika terjadi pilkades, pilkada, pilpres dan lain sebagainya
tidak pernah sepi dari perebutan meskipun itu harus mengeluarkan banyak biaya
sebagai ogkos yang pantas untuk sebuah jabatan.
Bapak Ibu yang dirahmati Allah,
siapa saja yang menjadi warga negara di negeri ini mempunyai hak yang sama
untuk menjadi pemimpin, namun sebelum kita maju untuk menjadi pemimpin
hendaklah kita lebih dahulu meluruskan niat kita untuk apa sebenarnya kita
ingin mendapat jabatan tersebut. Apakah
tujuan kita semata mata untuk
mengemban amanah dari Allah atau dengan tujuan yang lain. Ini sangat penting
karena ini merupakan filter, jangan sampai kita salah dalam menentukan niat. Seorang calon pemimpin yang telah menetapkan
niatnya dengan benar dari awalnya maka selamatlah dia dalam urusan dunia dan
akherat sedangkan calon pemimpin yang tidak menetapkan niatnya dengan benar dari
awalnya niscaya ketika ia menjadi pemimpin
maka akan tergelincirlah dia dalam kemungkaran dan kemaksiatan.
Rasulullah berkata : “ Innamal a’malu bi niyyat “. Segala
perbuatan itu tergantung pada niatnya, Berkaitan
dengan niat tadi maka akibatnya ada dua
type pemimpin didunia ini,
1. Pemimpin
yang amanah
2. Pemimpin
yang dzolim
Pemimpin yang amanah tanda tandanya antara lain :
1. Ia
senatiasa dicintai rakyatnya, karena ia selalu mementingkan kepentingan rakyatnya lebih dahulu dari pada kepentingan
pribadi atau golongannya. Pemimpin yang demikian ini bukan orang yang mencari
untung dengan ambil kesempatan
untuk memperkaya diri sendiri dalam waktu yang cepat. Pemimpin yang demikian ini malah berani
menanggung rugi, wani torog.
2. Seorang
pemimpin yang amanah tidak ingin mengekalkan jabatannya, tidak ingin berkuasa
selamanya, ia siap setiap saat untuk diganti meskipun dia masih mampu memimpin.
Saya punya teman seorang camat di Surabaya ini, saya dengar dia itu camat yang
cakap ketika menjelang pensiun MPP dia masih diminta walikota untuk menjabat
sekali lagi, tetapi ia menolak dan memilih pensiun saja. Ketika saya ketemu
beliau saya tanya : “ Katanya pak wali
masih minta Bapak jadi camat lagi kenapa mesti ditolak”. Apa jawabannya
? katanya : “ Kasihan masih banyak yang ngantri “.
3. Seorang
pemimpin yang amanah memberikan rasa aman dan nyaman kepada yang dipimpinnya,
rakyatnya merasakan hidup dinegeri ini enak murah sandang, murah pangan, bisa
memiliki papan sendiri biarpun tidak besar asal tidak ngontrak terus. Lain lagi
dengan pemimpin yang dzolim.
Sedangkan pemimpin yang dzolim tanda tandanya antara lain :
1. Ia
dibenci oleh rakyatnya, karena ia pasti
lebih mementingkan kepentingan pribadi keluarga dan golongannya tanpa mau
peduli keadaan rakyat yang dipimpinnya. Ia membangkitkan budaya hedoisme atas
kroninya dengan membiarkan korupsi tumbuh dimana mana. Oleh sebab itu kepada
para pemimpin yang dzolim janganlah kalian bersenang senang dulu atas
kedudukanmu, kalau tujuanmu menjadi seorang pemimpin semata mata karena ingin cepat kaya, maka aku ingatkan
engkau, kerena ketika engkau mati kelak harta yang engkau himpun dengan susah payah tidak
lah berguna, engkau akan menanggung beban yang berat. Rasulullah mengingatkan
kita pada yaumil qisab kelak setiap manusia tidaklah akan beranjak kakinya dari
tempatnya ia berdiri, sebelum ia dimasukkan
surga atau neraka melainkan ia akan ditanya dari mana hartamu engkau
dapatkan dan bagaimana hartamu engkau habiskan. Kalau engkau dapatkan hartamu
dengan cara yang halal niscaya surgalah tempat kembalimu sebaliknya kalau
engkau dapatkan dengan cara yang haram neraka itulah yang menjadi pilihanmu.
2. Pejabat yang dzolim umumnya berusaha mengekalkan jabatannya, kalau bisa
seumur hidup, kalau bisa anak keturunannya saja yang meneruskan jabatannya “nggak ngliyo” kata orang jawa. Banyak
contohnya mungkin kita masih ingat pemilihan ketua umum PSSI yang mati matian
ingin bertahan menjadi pemimpin PSSI meskipun rakyat sudah tidak
menghendakinya. Menjadi pemimpin harusnya legowo harusnya ing ngarso sun
tulodho, menjadi suri tauladan seperti Rasulullah. Jangan sumum bukmum umyun,
jangan karena ingin menjabat terus sehingga hatinya buta, bisu tuli. Semua
orang tahu menjadi pemimpin itu memang menyenangkan karena hidup penuh dengan
segala fasilitas tapi ingatlah jabatan itu hakekatnya amanat yang diberikan
oleh rakyat janganlah disalah gunakan.
3. Karena
merasa yang paling berkuasa maka ketika memimpin ia merupakan tiran yang bengis
tidak memberikan rasa aman namun sebaliknya menimbulkan rasa takut, ia tidak
memiliki belas kasihan, ia tega menindas rakyatnya sendiri, siapa yang
membangkang perintahnya maka akan dihilangkan dari muka bumi. Pemimpin yang
demikian ini akan digulingkan oleh rakyatnya sendiri, tunggu saja saat kehancurannya,
Disamping
itu Rasulullah mengingatkan kita bahwa menjadi pemimpin itu tanggung jawabnya
berat oleh sebab itu selain meluruskan niat pada awalnya ada satu syarat lagi yang tidak kalah penting yaitu janganlah
kita kepingin jadi pemimipin, melainkan kalau kita diminta. Untuk menjadi
pemimpin yang baik itu tidak mudah, ada banyak syarat dan ketentuannya
selain jujur, disiplin, amanah, adil, arif dan bijaksana.
Ada syarat khusus atau yang lebih utama dari semua itu yaitu ‘ harus bisa memimpin diri sendiri’. Jadi
jangan coba coba berupaya untuk menjadi pemimpin kalau kita belum bisa memimpin
diri kita sendiri, karena dijamin tidak akan sukses.
Pemimpin
yang baik adalah tidak menutup telinga
untuk menerima saran atau nasehat orang lain dan tidak alergi terhadap kritik.
Salah satu contohnya adalah Umar bin Khatab, beliau ini adalah seorang pemimpin
yang tidak alergi terhadap kritik, bahkan ketika Umar bin Khatab dilantik
menjadi pemimpin hal yang pertama kali disampaikan dalam pidatonya adalah supaya dia senantiasa
diingatkan ‘dikritik’ apabila berbuat kesalahan disaat memimpin. Terhadap baitul
mal (kas negara ) dia sangat hati hati dalam menggunakan, nggak seperti
kebanyakan pejabat sekarang menggunakan uang negara seperti uang sendiri.
Pernah suatu saat teman beliau menasehati agar beliau meminjam uang baitul mal
untuk membeli baju, karena baju yang dikenakan Umar sudah tidak layak pakai,
Apa jawab Umar ? Beliau tidak mau, beliau takut iya kalau umurnya masih
panjang, kalau besok mati siapa yang membayar utangnya. Terhadap keluarga
beliau mengingatkan tidak ada keistimewaan bagi mereka, Umar mengatakan
andaikata ada keluarganya yang mencuri niscaya tangan mereka akan dipotongnya.
Mudah mudahan Umar bin khatab bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang
sedang menjadi pemimpin umat ini untuk menjadi pemimpin yang baik. Allahuma
Amin.
Akhirnya sebagai kata penutup,
saya mengulang sabda Rasulullah : “
Segala sesuatu itu tergantung pada niatnya “ begitu juga dengan jabatan
atau kepemipinan, bisa jadi jabatan yang kita emban itu merupakan jalan
termudah bagi kita untuk masuk ke surga kalau niatnya itu demi kebaikan orang
yang kita pimpin, namun sebaliknya bisa jadi jabatan itu merupakan
jalan termudah bagi kita untuk masuk neraka kalau niatnya untuk memperkaya diri
sendiri, keluarga atau golongan tertentu. Semua terserah pilihan kita. Bagaimana menurut Ibu Bapak ?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar