Rabu, 26 Desember 2012

HANYA ORANG GILA YANG MENUNDA NUNDA BERBUAT BAIK



Bapak Ibu jama’ah sholat subuh masjid Al Ma’ruf yang dimuliakan Allah, yang pertama mari kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kepada kita begitu banyak nikmat, diantaranya nikmat yang berupa iman dan Islam, nikmat sehat serta kesempatan. Marilah kita wujudkan rasa syukur itu dengan senantiasa meningkatkan iman dan ketakwaan kita kepada Allah SWT yaitu dengan mengerjakan apa saja yang menjadi perintah Nya dan menjauhi semampu mungkin apa yang menjadi larangan Nya dan pada kesempatan ini marilah kita berdo’a memohon kepada Allah semoga serangkaian amal ibadah kita yang kita awali dibulan Romadhon ini baik yang berupa sholat, puasa, sodaqoh hingga akhir Romadhon kelak diterima Allah SWT, Allahuma amin.

Yang kedua Alhamdulilah pula, kita masih tetap sehat sehinga bisa menjalankan ibadah puasa tahun ini yang insya Allah hari ini telah memasuki hari yang ke 8, namun sejenak marilah kita hitung sudah barapa banyak para ustadz telah memberikan mauidhoh hasanah, nasehat nasehat untuk segera melakukan amal kebaikan, kalau dalam sehari kita mendapatkan dua kali ceramah berarti sampai hari ini kita telah mendapatkan siraman rohani sebanyak 16 kali  belum lagi ditambah sholat Jum’at dua kali jadi totalnya sudah 18 kali, pertanyaannya sudahkan dari sekian banyak mauidhoh hasanah tersebut telah kita laksanakan, satu saja ?
Alhamdulilah belum ya ? jadi kalau begitu materi kuliah subuh kali ini tidak usah jauh jauh, sekarang mari kita bahas masalah tersebut dengan mencari jawabannya mengapa kita kita ini sebagai audiens, sebagai obyek da’wah masih enggan atau tidak mau mengamalkan nasehat tersebut.

Ada sebuah kalimat yang sering disampaikan oleh para ulama salaf, kata para ulama tersebut : “ Orang yang bijak itu adalah orang yang mau mendengarkan nasehat orang lain, biarpun dari mana saja datangnya nasehat itu entah dari para ulama, umaroh ataupun orang lain yang tidak kita kenal sama sekali.  Orang yang bijak itu akan mengambil nasehat yang baik dan meninggalkan yang jelek. Nasehat itu ibaratnya mutiara biarpun itu datangnya dari mulut orang yang derajatnya lebih rendah menurut ukuran kita tetaplah mutiara, maka ambillah yang baik dan buanglah yang jelek. Sebaliknya orang yang tidak bijaksana adalah orang yang apabila diberi nasehat biarpun itu  orang tuanya sendiri yang menasehati tidaklah ia akan pernah melaksanakan, nasehat itu sekedar masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

Kalau orang sudah mendengarkan nasehat kemudian enggan untuk mengamalkannya  maka boleh dikata orang tersebut tak ada bedanya dengan  umat nabi Musa,  yaitu Bani Israil. Bani Israil itu kalau diberi nasehat mereka akan berkata : “ Sami’na wa asoina “ artinya ya nabi saya mendengarkan dan kami tidak akan melaksanakan. Seharusnya bagaimana ? Seharusnya mengatakan Sami’na wa ato’na artinya : “ Ya nabi kami mendengarkan dan kami akan melaksanakan”. Orang yang tidak mau melaksanakan nasehat untuk segera melakukan perbuatan baik termasuk orang yang merugi, bahkan menurut ustadz Drs. H. Choirul Anam dari Pondok pesantren Safinatul Huda Rungkut Surabaya dalam salah satu ceramahnya beliau menyitir dari kitab tasawuw Al Hikam dengan mengatakan : “ Orang yang menunda nunda untuk berbuat baik itu bukan saja termasuk orang yang merugi tetapi termasuk orang gila (gendeng)”

Bapak Ibu yang dirahmati Allah sebelum saya melanjutkan ceramah saya barangkali kalau boleh saya mengajukan pertanyaan, Pingin enggak Bapak Ibu amal ibadah puasanya tahun ini diterima oleh Allah SWT ? Kalau Bapak Ibu pingin syaratnya cuma satu yaitu dengan segera mengamalkan nasehat nasehat tersebut, satu saja asal istiqomah insya Allah puasa Bapak dan Ibu akan diterima Allah. 

Dengan mengamalkan nasehat tersebut berarti kita telah berusaha untuk mencapai tujuan pokok dari perintah puasa Romadhon yaitu agar kita menjadi orang yang tataqun. namun Bapak Ibu kalau mau memperhatikan dengan seksama kandungan ayat tersebut (QS 2 : 183) maka akan  kita dapati kalimat taroji yang bunyinya la ala. kalimat ini merupakan kalimat pengharapan, agar kalian... menjadi orang yang bertakwa. Jadi artinya tidak semua orang yang menjalankan ibadah puasa itu pasti diterima puasanya, belum tentu, jadi harus ada ikhtiar dulu yang sungguh sungguh baru kita akan memperoleh derajat tataqun.

Dengan ikhtiar ini pula Bapak dan Ibu akan tahu dan akan merasakan sendiri apakah puasanya diterima atau tidak, kapan itu ? yaitu sesudah bulan Ramadhan berakhir. Bagaimana kita tahu atau merasa puasa kita diterima ? yaitu ketika kita merasa senang adanya perubahan perilaku kita. Kalau dulu, sebelumnya kita termasuk orang yang bakhil, setiap kali datang pengemis kerumah kita  tolak, setiap datang pengamen kita usir, setiap datang orang minta sumbangan kita bersembunyi, setelah berikhtiar sungguh sungguh akhirnya kita menjadi orang yang dermawan. Itu tanda tanda puasa kita diterima. Kalau yang tadinya kita dikenal sebagai orang yang temperamen. mudah marah, setiap kali istri terlambat melayani marah, orang lain ngomong tidak sependapat marah setelah berusaha sungguh sungguh kemudian kita menjadi orang yang penyabar. Setiap kali ada orang salah belum sampai orangnya meminta maaf kita sudah lebih dulu memaafkannya. Itu juga tanda tandanya puasa kita diterima. Kalau dulu kita termasuk orang yang mudah bohong setelah berusaha sungguh sungguh akhirnya kita menjadi orang yang jujur itu juga tanda tandanya puasa kita mabrur. Akhirnya saya berharap mudah mudahan kita semua tidak termasuk orang gila sebagaimana judul khotbah diatas, Allahuma amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar